REVIEW FILM OEROEG 1993

Assalamualaikum teman-taman, pada kesempatan kali ini saya akan mereview sebuah film yang berjudul “OEROEG”.Jujur saja awal mula saya tahu tentang film ini Ketika saya melihat salah satu postingan di branda tiktok saya yang memposting cuplikan-cuplikan dari film ini yang membuat saya penasaran.Akhirnya sayapun mencari film tersebut di internet,dan akhirnya saya pun menemukan film ini dengan durasi sekitar 1 jam 15 menitan. Ok tanpa berlama-lama langsung saja kita bahas tentang film yang satu ini.

“OEROEG”



Film yang dirilis pada tahun 1993 ini disutradarai oleh sutradara berkebangsaan Belanda,Hans Hylkema yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Hella.S.Haasse yang terbit pada tahun 1948.Film ini mengangkat setting waktu pada saat pasca kemerdekaan Republik Indonesia.Film ini sendiri mengisahkan tentang persahabatan seorang anak berdarah belanda (Johan) dengan seorang anak pribumi yang Bernama Oeroeg.Film ini merupakan hasil produksi dari tiga negara yaitu Belanda,Belgia,dan Indonesia.Terdapat juga beberapa actor dan actris  asal Indonesia yang beradu acting di film ini seperti ; Ayu Azhari,Adi Kurdi,Jose Rizal Manua,dan Tuti Heru.

PLOT

Bermula pada kemblinya Johan ten Berghe (Rik Launspach) ke Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia.Hal ini ia lakukan karena mendapatkan tuntutan tugas sebagai perwira militer Belanda untuk melakukan agresi militer di Indonesia,dan juga untuk mencari sahabat lamanya “Oeroeg” yang sudah lama tidak diketahui rimbanya.

Sebagai anak berdarah Belanda yang lahir dan besar di Hindia Belanda,Tentunya ia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah, salah satunya adalah kenangan dengan sahabatnya Oeroeg (Martin schwab) yang merupakan anak pribumi asli.Ayah Oeroeg Deppoh (Jose Rizal Manua) bekerja sebagai pelayan di keluarga Johan.

Banyak suka dan duka yang mereka alami dalam hubungan persahabatan mereka, hingga Oeroeg perlahan meresa bahwa drajatnya tidak sepadan untuk bersahabat dengan Johan, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan Oeroeg yang merupakan anak pribumi bersahabat dengan Johan, anak berdarah Belanda yang Ayahnya,Hendrik ten Berghe (Jeroen Krabbe) juragan kebun teh yang kaya raya.

Oeroeg merasa semakin diperlakukan tidak setara pada saat ayahnya,Deppoh yang meninggal demi menyelamatkan arloji ayahnya Johan yang jatuh ketika ia menyelamatkan Johan yang terpeleset dan tercebur ke danau, ditambah perlakuan teman-temannya Johan yang memperlakukan Oeroeg bagaikan budak dan bahkan pada saat Oeroeg dan Johan hendak menonton film di bioskop,Oeroeg diwajibkan untuk menonton di balik layar dengan alasan dia pribumi

Hal itu membuat Johan sedih dan bimbang,Ia pun lantas bertanya kepada guru privatnya,Nona Lida(Josse Ruiter) “Apakah Oreoeg lebih rendah drajatnya dibandingkan denga orang-orang Belanda” ucap Johan pada Nona Lida.

Perlakuan-perlakuan rasis yang diterima oleh Oeroeg tersebut membuat persahabatan mereka berdua memudar dan membuat Oegoer memutuskan untuk menjadi aktivis kemerdekaan, dimana hal ini sangat berlainan dengan Johan yang merupakan perwira militer Belanda.

Johan selaku sahabat lamanyapun juga dibayang-bayangi oleh kenangan-kenangan yang tidak mengenakan tersebut,terutama kenangan atas sepeninggal ayahnya.Johan pernah merasa bahwa oeroeg lah yang telah membunuh ayahnya lantaran ingin membalaskan dendamnya kapada ayah Johan yang telah membuat Deppoh tewas.

Di akhir cerita,Johan berhasil bertemu dengan Oeroeg pada saat pertukaran tawanan antara pasukan Belanda dan TNI,tak lupa Ia memberikan arloji peninggalan ayahnya kepada Oegoer seraya berkata “Apakah kita masih berkawan” “Hanya kalau kita sederajat”,ucap Oegoer  “Apakah kita belum sederajat?”,tanya Johan “Belum jika dua belas orang Indonesia dihitung senilai dengan kamu seorang”,jawab Oegoer

ULASAN

Hal yang pertama kali membuat saya kagum tentang film ini adalah pengambilan gambar dan pencahayaan yang bagus dan ditambah dengan setting tempat dan lokasi yang sangat mendukung dengan tema dari film ini,mengingat film ini merupakan film yang diproduksi tahun 90-an.Bahkan pada awalnya saya mengira film ini buatan tahun 2000-an,ternyata setelah saya mencari informasi di google memang benar film ini dirilis tahun 1993.

Untuk alur ceritanya sendiri jujur cukup mengagetkan saya karena terdapat beberapa adegan yang benar-benar diluar perkiraan saya,seperti dimana suster Rita dan Nona Lida ikut bergabung pada pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia,dan juga Deppo ayah Oegoer yang meninggal bukan karena menyelamatkan Johan melainkan karena menyelamatkan arloji ayah Johan yang tercebur di danau hideung.

Dalam segi acting para pemainnya,saya rasa sudah cukup bagus dilihat dari kenaturalan ekspresi dan mimik wajah.

Beberapa kekurangan dari film ini adalah adanya cerita yang rumpang dimana pada saat Johan Kembali ke Belanda untuk berkuliah dan belajar militer,tidak terdapat scene yang menunjukan keadaan Oeroeg setelahnya hingga Oeroeg tertangkap oleh tentara Belanda, dan juga untuk percakapan antara tokoh yang memerankan peran sebagai pribumi tidak menggunakan Bahasa daerah setempat atau Bahasa sunda,sehingga dialog tersebut terdengar tidak cocok dengan keadaan di film tersebut.

Overall film ini layak dan recomended untuk ditonton,terutama oleh kalian pecinta film berlatarbelakang era colonial,selain itu film ini juga mengandung banyak pesan moral salah satunya adalah kita tidak boleh berbuat rasis kepada orang lain,dan kita tidak boleh menganggap derajat kita lebih tinggi dari orang lain,karena sejatinya yang menentukan tinggi rendahnya drajat seseorang adalah iman dan taqwa dari seseorang tersebut kepada Allah SWT bukan karena suku atau ras yang ada pada diri kita.

Nah itu tadi adalah review dari diri saya pribadi mengenai film “OEROEG” 1993,mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan pada penulisan,dan terimakasih banyak sudah membaca

….. Wassalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh…..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

One Student One Article

Resume PKKMB Hari Ke 3